Fenomena Menyontek
Menyontek adalah suatu tindakan memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan suatu yang terbaik walau dirinya tak mampu. Kebiasaan ini sangatlah tidak baik bagi perkembangan siswa, tapi banyak yang masih menjalankannya. Bahkan saat Ujian Nasionalpun ada yang berani menyontek, entah dengan catatan kecil atau menyontek teman.
Alasan Menyontek
Alasan para siswa menyontek adalah tidak bisanya siswa mengatur waktu belajar. Sehingga tiba - tiba sudah waktunya Ujian menyontek adalah jalan satu - satunya.
Alasan kedua adalah menyepelekan hari-H itu sendiri. Macam-macam bentuknya. Ada yang karena saking kayanya, sehingga nilai (menurut dia) bisa dibeli, dirayu, dilobi dan sejenisnya. Benar-benar pakai jalan pintas!
Alasan ketiga, mungkin memang sudah tabiatnya menyontek. Jadi, gatal rasanya kalau tidak menyontek. Alasan yang seperti ini biasanya melanda siswa yang kurang pede dengan jawabannya sendiri. Meskipun sudah menjawab, tapi karena gatal pengen nyontek dan karena kurang pede dengan jawabannya sendiri, alhasil diadakanlah acara "studi banding" jawabannya dengan jawaban temannya.
Teknik Menyontek
Saya amati selama ini, ada beberapa teknik menyontek yang dilakukan oleh siswa, terutama saat ujian berlangsung. Beberapa diantaranya sebagai berikut:
1. Buat catatan kecil terselip di baju, alat tulis atau meja
2. Saling bertukar informasi dengan peserta lain.
3. Dengan kode - kode tertentu.
4. Keluar ruangan bergantian
Bahaya menyontek
Sadar atau tidak, setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka, menyontek dapat mendatangkan bahaya baik jangka pendek maupun jangka panjang, baik bagi penyontek, yang dicontek maupun institusi itu sendiri.
Bahaya jangka pendek
Siswa menjadi tidak pede dengan jawabannya. Padahal barangkali jawabannya lebih benar daripada milik temannya. Menyontek juga membahayakan diri sendiri karena bila ketahuan guru, bisa dipastikan nilai 0. Bagi yang dicontek, tidak menyesalkah bila yang menyontek mendapat hasil ujian yang lebih tinggi daripada anda yang dicontek? Artinya, kerjasama saat di 'medan perang' ujian adalah kesia-siaan, karena teman anda hanya memanfaatkan diri anda, dan anda tidak sadar telah dimanfaatkan. Hal ini sering terjadi. Yang namanya kompetisi, maka setiap peserta harus bersaing, bukannya malah bekerja sama. Karena yang namanya juara itu hanya dimiliki oleh satu orang, bukan tim / kolektif.
Bahaya jangka panjang
First, we make habbit, then habbit make you. Kata bijak itu tepat menggambarkan fenomena menyontek ini. Bila seorang siswa terbiasa menyontek, maka kebiasaan itulah yang akan membentuk diri. Beberapa karakter yang dapat 'dihasilkan' dari kegiatan menyontek antara lain: mengambil milik orang lain tanpa ijin, menyepelekan, senang jalan pintas dan malas berusaha keras, dan ke-halal-an pekerjaan dipertanyakan. Bisa dipastikan, saat siswa sudah dewasa dan hidup sendiri, tabiat-tabiat hasil perilaku menyontek mulai diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mencuri, korupsi, manajemen buruk, pemalas tapi ingin jabatan dan pedapatan tinggi.
Jadi, buat apa menyontek bila merugikan diri sendiri
Alasan para siswa menyontek adalah tidak bisanya siswa mengatur waktu belajar. Sehingga tiba - tiba sudah waktunya Ujian menyontek adalah jalan satu - satunya.
Alasan kedua adalah menyepelekan hari-H itu sendiri. Macam-macam bentuknya. Ada yang karena saking kayanya, sehingga nilai (menurut dia) bisa dibeli, dirayu, dilobi dan sejenisnya. Benar-benar pakai jalan pintas!
Alasan ketiga, mungkin memang sudah tabiatnya menyontek. Jadi, gatal rasanya kalau tidak menyontek. Alasan yang seperti ini biasanya melanda siswa yang kurang pede dengan jawabannya sendiri. Meskipun sudah menjawab, tapi karena gatal pengen nyontek dan karena kurang pede dengan jawabannya sendiri, alhasil diadakanlah acara "studi banding" jawabannya dengan jawaban temannya.
Teknik Menyontek
Saya amati selama ini, ada beberapa teknik menyontek yang dilakukan oleh siswa, terutama saat ujian berlangsung. Beberapa diantaranya sebagai berikut:
1. Buat catatan kecil terselip di baju, alat tulis atau meja
2. Saling bertukar informasi dengan peserta lain.
3. Dengan kode - kode tertentu.
4. Keluar ruangan bergantian
Bahaya menyontek
Sadar atau tidak, setuju atau tidak setuju, suka atau tidak suka, menyontek dapat mendatangkan bahaya baik jangka pendek maupun jangka panjang, baik bagi penyontek, yang dicontek maupun institusi itu sendiri.
Bahaya jangka pendek
Siswa menjadi tidak pede dengan jawabannya. Padahal barangkali jawabannya lebih benar daripada milik temannya. Menyontek juga membahayakan diri sendiri karena bila ketahuan guru, bisa dipastikan nilai 0. Bagi yang dicontek, tidak menyesalkah bila yang menyontek mendapat hasil ujian yang lebih tinggi daripada anda yang dicontek? Artinya, kerjasama saat di 'medan perang' ujian adalah kesia-siaan, karena teman anda hanya memanfaatkan diri anda, dan anda tidak sadar telah dimanfaatkan. Hal ini sering terjadi. Yang namanya kompetisi, maka setiap peserta harus bersaing, bukannya malah bekerja sama. Karena yang namanya juara itu hanya dimiliki oleh satu orang, bukan tim / kolektif.
Bahaya jangka panjang
First, we make habbit, then habbit make you. Kata bijak itu tepat menggambarkan fenomena menyontek ini. Bila seorang siswa terbiasa menyontek, maka kebiasaan itulah yang akan membentuk diri. Beberapa karakter yang dapat 'dihasilkan' dari kegiatan menyontek antara lain: mengambil milik orang lain tanpa ijin, menyepelekan, senang jalan pintas dan malas berusaha keras, dan ke-halal-an pekerjaan dipertanyakan. Bisa dipastikan, saat siswa sudah dewasa dan hidup sendiri, tabiat-tabiat hasil perilaku menyontek mulai diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mencuri, korupsi, manajemen buruk, pemalas tapi ingin jabatan dan pedapatan tinggi.
Jadi, buat apa menyontek bila merugikan diri sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar